![]() |
Ilustrasi/Vivi |
Gong Perdamaian Dunia
Dari bangsa Lemuria hingga wali dari Kerajaan Demak. Dari Lereng Muria hingga Moriah-Yerusalem. Kisah-kisahnya digaungkan melalui gong perdamaian dunia.
Di Jepara, tepatnya di Desa Plajan terdapat Museum Gong Perdamaian Dunia. Presiden Komite Perdamaian Dunia, Djuyoto Suntani menyatakan induk peradaban dunia berasal dari Bangsa Lemuria yang diyakini hidup di kawasan Gunung Muria, masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Karena itulah Desa Plajan dipilih sebagai tempat Situs Perdamaian Dunia.
Djuyoto Suntani sendiri lahir di Desa Plajan, pada tahun 1962. Sebuah inisiatif yang mulia untuk mengkampanyekan perdamaian, terlebih perdamaian dunia. Ditambah dengan keyakinannya bahwa lereng muria, termasuk desa Plajan memiliki sejarah yang panjang sampai pada peradaban bangsa lemuria.
Meskipun di Yerusalem juga terdapat Bukit Moriah. Yang juga diyakini merupakan salah satu bukti jejak bangsa lemuria yang terpencar-pencar. Pun hingga saat ini, letak dari benua Lemuria pada masa silam masih menjadi kontroversi.
Meskipun masih banyak desa selain Plajan yang secara geografis berada di lereng lingkar muria, termasuk juga beberapa desa di Kudus yang berada di sisi sebelah selatan gunung muria dan Pati di sisi sebelah timur. Pemilihan Plajan sebagai tempat situs gong perdamaian dunia bisa menjadi sebuah upaya untuk mengunggah nilai kerukunan dan kearifan yang menjadi representatif dari perilaku masyarakat lereng muria secara keseluruhan. Termasuk budi pekerti dan budaya luhur yang dimiliki.
Dikisahkan juga di Desa Plajan terdapat gong sakral yang telah berusia 450 tahun dan dijaga oleh Ibu Musrini sebagai pewaris gong generasi ke 7. Gong ini dibuat oleh seorang wali yang berasal dari Kerajaan Demak dan digunakan sebagai sarana dakwah dalam mengajarkan agama islam di daerah pegunungan yang waktu itu masih menganut kepercayaan animisme.
Sedangkan Gong Perdamaian Dunia atau World Peace Gong dibuat pada akhir tahun 2002 yaitu pasca bom bali-1 oleh Djuyoto Suntani didukung beberapa Pejabat dan Tokoh Nasional. Dan pertama kali ditabuh di Bali pada tanggal 31 Desember 2002 tepat pukul 00.00 WITA oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sekaligus mencanangkan 2003 sebagai tahun perdamaian Indonesia.
Dari kisah gong wali hingga gong perdamaian. Meskipun dibuat pada zaman yang berbeda. Keduanya memiliki sebuah kesamaan, yaitu gong sebagai sarana untuk menyampaikan kebaikan. Di Jawa, gong dalam perangkat gamelan ageng menjadi instrumen paling besar.
Bentuknya bulat berpencu. Gaung suaranya menggema panjang. Gong menjadi penanda orkestrasi sebuah gending untuk dimulai atau diakhiri. Bahkan masyarakat Jawa meyakini, gong tak sekadar alat musik, namun sesak dengan pelbagai timbunan mitos. Gong adalah “simbol” dunia kosmis, muara bertemunya bagi hamba dan gusti.
Tidak heran jika gong perdamaian dunia bisa diterima diberbagai tempat sebagai sarana untuk menyampaikan pesan perdamaian. Ada 3 jenis gong yang berada di Plajan. Gong Perdamaian Dunia, Gong Perdamaian Asia-Afrika, Gong Perdamaian Nusantara. Selain itu juga di Museum tersebut memiliki beberapa koleksi lain seperti; Tanah 202 negara, air 99 negara, sumur perdamaian, kendi pancasila, situs pusat bumi plajan, bendera negara di dunia, dan juga rumah ibadah.
Gong perdamaian dunia memiliki perjalanan yang panjang. Dibuat orang Plajan-Jepara, ditabuh pertama di Bali, dan sekarang sudah ada di 4 kota lain; Bali, Ambon, Palu, Blitar. Juga di 3 negara lain; Geneva (Swiss), Shandong (China), dan New Delhi (India).
Seperti perjalanannya, kisah-kisah dan keyakinan yang digaungkan melalui gong perdamaian ini pun masih panjang. Museum gong perdamaian dunia bermula dari gagasan, dan bergaung dibalut kisah-kisah yang arif dan membanggakan. Namun hari ini perlu lebih dari sekedar cerita untuk bisa terus menggaungkan gagasan pesan perdamaian.
Jika kamu tertarik mengunjungi museum gong perdamaian dunia, kamu bisa datang ke alamat Rw. 5, Plajan, Pakis Aji, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59452. Buka setiap hari, mulai jam 08 pagi sampai jam 05 sore.
No comments:
Post a Comment