Omah Petrok adalah salah satu ruang yang diinisiasi oleh anak muda Desa Troso untuk berkarya, terutama memproduksi kain tenun. Omah Petrok mencoba mengeksplorasi warna alam untuk kreasi tenunnya. Diimplementasikan kedalam desain-motif yang diciptakan sendiri.
Sebuah upaya pembeda dari industri tenun yang lebih besar di troso. Troso sudah dikenal sebagai produsen kain tenun sejak dahulu. Banyak industri rumahan kain tenun, dari mulai skala kecil sampai skala besar. Selain produsen kain, di troso dan sekitarnya juga banyak butik dan toko pakaian yang memproduksi baju, celana, tas, dan lain-lain menggunakan kain tenun.
Omah Petrok, hari ini bisa dikatakan termasuk produsen tenun skala kecil, berdiri pada tahun 2016. Namun, begitu Omah Petrok berani membangun karakteristik dan identitas kain tenun yang mereka hasilkan. Dengan desain yang diangkat dari 11 tembang macapat yang menggambarkan perjalanan kehidupan manusia. Sebelas seri yang menjadi proyeksi Omah Petrok tersebut yaitu maskumambang, mijil, sinom, kinanthi, asmaradana, gambuh, dhandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung. Kesebelas seri tersebut juga memuat falsafah jawa tentang cokro manggilingan (roda kehidupan).
Desain-motif sendiri dengan mengangkat konten lokal serta dikuatkan dengan penggunaan warna alam merupakan usaha Omah Petrok menambah value/nilai pada setiap karya kain tenun yang dihasilkan. Tidak hanya berhenti disitu, Omah Petrok juga membuka ruang belajar bagi siapa pun yang ingin mempelajari proses pewarnaan alam hingga proses pembuatan kain tenun. Banyak anak muda yang singgah di Omah Petrok, tidak hanya warga desa troso, tapi juga desa-desa lain, bahkan dari luar kota.
Memang sudah saatnya, industri kerajinan di Jepara mulai bergerak ke arah industri yang ramah lingkungan dan bermuatan konten lokal. Karena jika ditelisik, industri tenun troso hari ini kuat dalam memproduksi kain-motif pesanan. Kesempatan bagi anak-anak muda desa troso dan sekitarnya untuk mengembangkannya dengan menciptakan desain-desain motif baru, kreasi-kreasi baru, dan cara-cara baru dalam rangka untuk menciptakan dan menguatkan identitas dan karakteristik tenun troso yang dihasilkan.
Sehingga nantinya troso tidak hanya dikenal sebagai produsen kain-tenun yang baik keterampilannya. Tapi juga bisa lebih dikenal dengan motif-motifnya, kualitasnya, dan tentu saja kehidupan masyarakat yang bangga memakai tenun-troso sebagai identitas bersama dalam keseharian. Karena hanya dengan begitu kita bisa mewariskannya pada anak cucu, dan generasi berikutnya.
Tenun troso bisa menjadi warisan budaya dan tradisi masyarakat Desa Troso. Tidak hanya mewariskan teknik-teknik tenun, dan cara-cara penjualannya saja. Namun, untuk mewujudkannya butuh lebih banyak keterlibatan masyarakat, dari berbagai elemen, baik yang muda maupun yang tua, baik warga maupun perangkat desa, pengusaha maupun pengrajin.
Terutama hari ini kepada anak muda troso yang memiliki peluang yang begitu terbuka lebar. Omah Petrok sudah memulai, saatnya anak muda lainnya juga berani membangun tenun troso dengan mengangat konten lokal lainya, dengan cara-cara yang arif, serta upaya publikasi dan pemasaran yang lebih luas. Sehingga cita-cita mengukuhkan tenun troso sebagai warisan budaya dan tradisi masyarakat Desa Troso bisa terwujud.
No comments:
Post a Comment