Jepara Kota Seni Minim Ruang Apresiasi

Ilustrasi Oleh Unie/Lamun

Pasang surutnya ruang apresiasi seni di Jepara saat ini berbanding lurus dengan timbul tenggelamnya komunitas yang terkelola. Ruang publik seperti balai budaya, taman budaya, atau rumah budaya yang biasa digunakan untuk berbagai kegiatan, termasuk apresiasi seni memang belum ada di Jepara. Seperti halnya ruangan yang memadai untuk pemutaran film / bioskop juga telah lama tidak dimiliki kabupaten Jepara.

Pada akhirnya, komunitas-komunitas seni di Jepara dengan segala keterbatasannya membuat dan mengelola ruang-ruang apresiasi itu secara mandiri atau swadaya. Misalnya Rumah Kartini dengan Galeri Sejarahnya, Rumah Belajar Ilalang dengan Panggung Kolektif, dan yang baru hadir di Jepara, Serupa Art Space dengan Galeri Seni Rupanya. Dan masih banyak komunitas lainnya yang juga memiliki ruang apresiasi, tapi masih minim program dan aktifitas.
Belum lagi komunitas-komunitas tersebut harus berjuang untuk memberikan perspektif yang berbeda dengan showroom-showroom / galeri-galeri mebel yang ada di Jepara. Tentu saja dengan program-program yang disajikan, yang tidak dimiliki oleh showroom / galeri mebel yang seringkali lebih baik infrastruktur dan permodalannya.

Seperti Rumah Belajar Ilalang yang fokus pada anak-anak, Rumah Kartini yang fokus pada Sejarah Kartini dan hubungannya dengan Jepara, juga Serupa Art Space diawali dari Galeri Seni Rupa. Sementara itu masih banyak komunitas seni di Jepara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain, salah satunya adalah Teras Musik. Upaya untuk terus eksis dengan segala daya yang dimiliki. 

Komunitas menjadi motor yang menghidupkan geliat kesenian di Jepara, dengan bahan bakar yang sangat terbatas, kadang banyak, seringkali sedikit, bahkan banyak yang kehabisan ditengah jalan.
Oleh karena itu komunitas kesenian belum mampu berperan banyak dan dampaknya pun belum bisa dikatakan luas. Kesenian di Jepara hari ini masih dominan digerakan oleh komunitas masyarakat yang lebih luas. Para perajin di desa-desa, para pengukir, dan instrumen lainnya, termasuk galeri & showroom mebel. Jepara juga memiliki gedung JTTC-Jepara Trade and Tourism Center, namun tidak terkelola dengan baik. Ada juga Dewan Kesenian Daerah (DKD), yang nasib gedungnya juga tidak berbeda jauh.

Sebagai kota yang masyarakatnya sebagian besar adalah perajin kriya, memiliki pesona alam yang indah, dan sumber daya manusia yang kreatif. Mestinya akan sangat menguntungkan jika Jepara memiliki sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan kesenian dan apresiasi. Bukan hal yang sulit untuk membangun, tapi entah mengapa selama bertahun-tahun pembangunan gedung-gedung tidak terkelola dengan baik. Bahkan banyak yang mangkrak, tanpa aktifitas.

Kemajuan pembangunan sebuah kota secara signifikan memang tergantung pemimpinnya. Namun lebih penting lagi sebuah kota yang berkembang bermula dari masyarakatnya, komunitasnya, dan kesadaran akan kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama. Semakin banyak komunitas kesenian yang terkelola dengan baik dan show off, akan membuka lebih banyak lagi ruang tumbuh bagi berbagai macam kesenian di Jepara. Dan dampak kemajuannya akan lebih luas pada aspek-aspek lain, tidak hanya berhenti pada kesenian saja.

Kesenian adalah instrumen penting bagi masyarakat Jepara, ruangnya untuk mengukuhkan identitas tersebut.
Rusdiyan Yazid
Rusdiyan Yazid

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

No comments:

Post a Comment